taat demi beradab
Untuk rekan-rekan para pengguna jalan raya ibukota negara atau kota-kota besar lainnya…
Apakah bisa melihat keteraturan di sana (jalan raya)…atau sedikit saja menuju arah keteraturan?
kenyataan akan menjawabnya, suka atau tidak suka.
Kondisi jalan raya tidak membaik malah makin memburuk.
Di mana kendaraan sudah semakin bertambah luar biasa tidak diikuti dengan kualitas dan kapasitas para pengguna jalannya itu sendiri.
Rambu-rambu lalu lintas hanya menjadi asesoris jalan raya…
Umumnya masyarakat sudah berjemaah untuk melanggar semua aturan yang ada…sehingga semakin memperkuat image bangsa ini yang senang “gotong-royong” atas dasar semangat “kebersamaan”.
Bagi rekan-rekan yang setiap pagi dan setiap malam bergelut di jalanan…pasti merasakan ketidakberadaban masyarakat di jalanan…
Bagi saya, tidak heran korupsi tumbuh menjamur di negeri ini setelah melihat fakta jalanan sekacau itu…untuk mentaati hal-hal yang mudah seperti mentaati peraturan lalu lintas saja sudah tidak mampu apalagi peraturan-peraturan lain yang lebih berat….
Ga sedikit kita melihat parade mobil-mobil mewah yang dengan gagah perkasanya menerobos lampu merah, berputar di tempat tidak boleh berputar…bagi saya pemandangan ini menunjukkan bahwa kekayaan seseorang itu tidak mutlak membuat seseorang itu lebih beradab…
mulailah dari diri kita sendiri, Kawans…
Berhentilah saat lampu mulai menguning apalagi merah…
Berkendaralah di jalur yang sudah ditentukan, tidak nyelonong ke trotoar atau bahkan ke jalur yang berlawanan…
Janganlah berhenti atau parkir di tempat terlarang
dsb dsb
…
Kita semua tau kondisi ini, tapi kita semua sama-sama tidak mau tau dan tidak mau peduli…
vespa uy motornya.
tapi ya begitulah, seharusnya jangan memperbanyak rambu lalu lintas, mungkin lebih pas menambah personil petugas.
tapi gawat juga kalau banyak petugas di jalan, bisa kena sapa “selamat siang pak” berkali-kali baru sampai tujuan
Ini kebanyakan terjadi di Jakarta atau kota padat lainnya… Di mana kebanyakan mereka tinggal di luar Jakarta tapi bekerja di Jakarta. Tiap hari, dua sampai empat jam lebih mereka habiskan di jalan. Dan anehnya pas liburan mereka menuju kota yang juga didatangi banyak orang. Gak bosan dengan kemacetan?! Kalau saya sendiri lebih memilih mendekatkan diri dengan tempat kerja, selama masih jadi karyawan. Dan memilih punya usaha di daerah sendiri yang belum sepdat Jakarta. Kepadatan jalanan bisa membuat stress pengguna jalan, maka hasilnya adalah melanggar bersama, termasuk polisi yang harus mengawasi, mereka ikutan melanggar… Itu sering saya lihat di jalan raya… Solusinya adalah pemerataan pembangunan! Pemerintah tidak bisa?! Kitalah yang harus mencoba memeratakannya… 🙂
ari si aay-na kmn gan? jadi pulisina? heuheu …
Coba itu, negara kalian emang gak pernah mau bener! Kerana kwaliteit sebuah negara bisa dilihat dari kelakuan warganya berlalulintas di jalanan.
ih om ga pake spion motornya, dobel denda, lampu depan mati, gelap… triple denda
Tapi pak…
…
Ah, sudahlah.
Wah di atas ane ada daging babi kalengan.