Peduli Amat
Sebuah ekspresi yang sering muncul ketika segalanya terasa menyesakkan dan tidak berpihak kepada sang pemilik ekspresi, ya…seringkali kita akan melontarkan kata tersebut…peduli amat.
Atau bisa jadi ketika segalanya sudah terlalu sering terjadi dan dimaklumi, padahal segalanya tidak berjalan benar dan semestinya dan kita sudah lelah untuk menentangnya bahkan untuk mempertanyakannya.
Atau bisa pula ketika segalanya tidak lagi menjadi penting dan malas untuk berpikir lebih jauh dan menyeluruh, hanya ingin segera melewati apa yang harus dilewati dengan mudah tanpa ada beban.
Apakah memang demikian?
Apakah memang sejatinya kita tidak peduli akan banyak hal?
Ataukah kita hanya berpikir sebatas kepentingan kondisional yang sedang kita jalankan?
…
Hanya jiwa-jiwa terbelakang yang bersandiwara seakan lantang mengatakan “Peduli amat!”
*Hanya jiwa-jiwa yang peduli yang mendapatkan kebenaran dan hanya jiwa-jiwa yang tidak peduli yang mendapatkan kemudahan dari tulisan di atas
heil grandma nazis!
HAHAHAHAHAAHAHAHA
keperdulian, eh kepedulian akan tata bahasa memang harus diperdulikan eh dipedulikan. ah saya jadi bingung. Hidup Ebiet G Ade
Duli tuanku.
Peduli = prang yang melakukan duli.
PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG
pecahkan aja kacanyah biar prang gitcyu.
Ah tidaaak saya tidak bisa mengedit komen sayah.
Semestinja seperti ini:
Peduli = orang yang melakukan duli.
Itu ‘semestinja’ juga seharusnya ‘semestinyah’.
tinjauan = sesuatu yang ditinjau.
tinjawan = seseorang yang mengeluarkan ah sudahlah
emang gue pikirin XD