Tengoklah suasana pagi di kota-kota anda. Hiruk pikuk jalanan dipenuhi oleh orang-orang dengan berbagai kendaraan dengan berbagai tujuan.

Ironis adalah pemandangan yang selalu dipertontonkan. Deru motor yang seolah berbalapan berusaha mencapai garis finish bernama sekolah. Tidak sedikit dari mereka yang sangat minim menggunakan kelengakapan keselamatan, pun tidak sedikit yang dengan gagah berani menantang kendaraan lain di jalur yang berlawanan.

Bukankah mereka semua hendak mengantarkan putra-putri mereka untuk menuntut ilmu, mengasah budi pekerti dsb? Tapi mengapa untuk mengantarkan putra-putri mereka sama sekali tidak mencerminkan tujuan mulia dari sang pengantar yang pun tidak sedikit adalah orangtua.

Sejak kecil putra-putri ini harus melihat “ketidakteraturan” yang “berjemaah” yang ngeri kali apabila diproses sebagai “kebiasaan”

Tidak akan ada ilmu yang terturunkan, tidak akan ada budi pekerti yang telestarikan ketika anak tidak selamat sampai tujuan bernama sekolah.

Tidak akan ada calon-calon pemimpin yang layak menjadi panutan ketika pelajaran pertamanya di pagi hari adalah ngeyelin peraturan.